Hei semua ini merupakan postingan kedua saya yang bertemakan tutorial photoshop

Langsung aja dah aku kasi liat caranya.

Sekarang kita akan membuat befek hujan yang realistik. Buka gambar yang anda mau pake untuk di edit. Disini saya mengunakan foto ini:






Berikutnya, duplikat gambarnya ( CTRL+J)

sekarang sesuaikan warna latar belakangnya kita bisa gunakan curves atau cari di image>image asjustments>curves (CTRL+M).





Langkah berikutnya,

buatlah sebuah layer baru ( Shift+Ctrl+N) dan isii layer tadi dengan warna Putih ( CTRL+BACKSPACE). untuk membuat hujannya gunakan filter>noise>add noise lalu setting amount nya dengan 10% dan klik OK (ingat ini di buat di layer yang tadi di buat).












Kemudian pilih filter> blur> montion blur… dan setting angle nya menjadi -65 derajat dan distancenya menjadi 15 pixels








Sekarang kita gunakan levels ( CTRL+L) atau gunakan image> image adjustments> levels… dan atur seperti di gambar.








Tapi bisa dibuat sesuai dengan selera anda.

Abis itu ganti modenya dengan “screen”









Udah jadi nie

Gampang khannnnnnnnn















biarpun gak bagus--bagus amattttttt..........!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

(jangan berkata tidak sebelum mencoba)
Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31.104.000 kali selama setahun?"

"Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86.400 kali dalam sehari?"

"Delapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3.600 kali dalam satu jam?"

"Dalam satu jam harus berdetak 3.600 kali? "Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.
Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?"

"Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31.104.000 kali.

Kadang kita ragu dalam mengambil tugas yang hendah kita lakukan hingga pekerjaaan itu terasa sangat berat. Tapi sebenarnya jika kita sudah menjalankannya, pekerjaan itu terasa sangat mudah bahkan lebih mudah dari membalikan telapak tangan.

SooOOOO…jangan berkata "tidak" sebelum Anda mencobanya.

Hai semua, lama udah ngak nulis nih…!!!!
Kemarin saya di Tanya sama kakak saya soal “kenapa di mana sebenarnya letak atlantis”
Nah hal ini terpikirkan terus oleh saya, sampai saya nanyak sama para normal “Mbah Google” akhirnya setelah lam mencari dapat dah……………….!!!!!!!!!!!
Ni saya kasi ringkasan dari si “Mbah Google”

“Atlantis The Lost Continents Finally Found”, merupakn buku yang di buat oleh Prof. Arysio Nunes Dos Santos. Ia mengemukakan secara tegas Secara bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.500 tahun yang lalu itu memang berada di Indonesia (ha…..!! emangnya bener tou?!). memang sejauh ini, benua yang diceritakan oleh Plato 2.600 tahun yang lalu itu adalah benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis yang memiliki peradaban yang sangat tinggi dengan alamnya yang sangat kaya, yang kemudian tenggelam ke dasar laut oleh bencana yang di sebabkan oleh banjir dan gempa bumi sebagai hukuman dari TUHAN. Kisah dari masa kemasa peradaban ini terus di bahas, dan upaya penelusuran terus pula dilakukan guna menemukan sisa-sisa peradaban yang telah dicapai oleh bangsa Atlantis. Sampai saai ini pencarian Pencarian sudah dilakukan dari Samudera Atlantik, Karibia, Laut Tengah, sampai ke kutub Utara. Semua pencarian ini kosong dan tak ada hasilnya, sehinga banyak orang beranggapn bahwa benua atlantis itu tak nyata (ya alias tak pernah ada)). Menurut Profesor Santos, Atlantis tidak pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah. Tapi menurutnya lokasi yang tepar saat ini adalh negri kita tercinta INDONESIA.

selama 29 tahun terakhir ini Profesor Santoberambisi kalau tebakkannya ini benar.
Plato pernah menulis tentang Atlantis pada masa dimana Yunani masih menjadi pusat kebudayaan Dunia Barat (Western World). Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.
Warga Atlantis yang semula merupakan orang-orang terhormat dan kaya, kemudian berubah menjadi ambisius. Yang kuasa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan seluruh benua itu.
Kisah-kisah sejenis atau mirip kisah Atlantis ini yang berakhir dengan bencana banjir dan gempa bumi, ternyata juga ditemui dalam kisah-kisah sakral tradisional di berbagai bagian dunia, yang diceritakan dalam bahasa setempat. Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun BP (Before Present), secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat.
Bencana ini menyebabkan punahnya kurang lebih 70% dari species mamalia yang hidup saat itu, termasuk kemungkinan juga dua species manusia : Neandertal dan Cro-Magnon.
Sebelum terjadinya bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia.
Posisi Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’.
Gunung utama yang disebutkan oleh Santos, yang memegang peranan penting dalam bencana ini adalah Gunung Krakatau dan ‘sebuah gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba). Gunung lain yang disebut-sebut (dalam kaitannya dengan kisah-kisah mytologi adalah Gunung Semeru, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani.
Bencana alam beruntun ini menurut Santos dimulai dengan ledakan dahsyat gunung Krakatau, yang memusnahkan seluruh gunung itu sendiri, dan membentuk sebuah kaldera besar yaitu selat Sunda yang jadinya memisahkan pulau Sumatera dan Jawa.
Letusan ini menimbulkan tsunami dengan gelombang laut yang sangat tinggi, yang kemudian menutupi dataran-dataran rendah diantara Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, diantara Jawa dan Kalimantan, dan antara Sumatera dan Kalimantan. Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa ‘fly-ash’ naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh bagian dunia yang pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (Zaman Es Pleistocene) .
Abu ini kemudian turun dan menutupi lapisan es. Akibat adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap oleh lapisan abu tersebut.
Gletser di kutub Utara dan Eropah kemudian meleleh dan mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia. Banjir akibat tsunami dan lelehan es inilah yang menyebabkan air laut naik sekitar 130 meter diatas dataran rendah Indonesia. Dataran rendah di Indonesia tenggelam dibawah muka laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi.

Tekanan air yang besar ini menimbulkan tarikan dan tekanan yang hebat pada lempeng-lempeng benua, yang selanjutnya menimbulkan letusan-letusan gunung berapi selanjutnya dan gempa bumi yang dahsyat. Akibatnya adalah berakhirnya Zaman Es Pleitocene secara dramatis.
Dalam bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarang.

Lokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa.


Plato juga menyebutkan bahwa luas benua Atlantis yang hilang itu “….lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil digabung jadi satu…”. Luas ini persis sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah dengan luas Laut China Selatan.

Menurut Profesor Santos, para ahli yang umumnya berasal dari Barat, berkeyakinan teguh bahwa peradaban manusia berasal dari dunia mereka. Tapi realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan Indonesia dan bukan di tempat lain.
Walau dikisahkan dalam bahasa mereka masing-masing, ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak yang merujuk ke hal atau kejadian yang sama.
Santos menyimpulkan bahwa penduduk Atlantis terdiri dari beberapa suku/etnis, dimana 2 buah suku terbesar adalah Aryan dan Dravidas.

Semua suku bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3 juta tahun yang lalu, yang kemudian menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur sampai Auatralia lebih kurang 1 juta tahun yang lalu. Di Indonesia mereka menemukan kondisi alam yang ideal untuk berkembang, yang menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian serta peradaban secara menyeluruh. Ini terjadi pada zaman Pleistocene.

Pada Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan liar lainnya. Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini (!). Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika.
Catatan terbaik dari tenggelamnya benua Atlantis ini dicatat di India melalui tradisi-tradisi cuci di daerah seperti Lanka, Kumari Kandan, Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah pewaris dari budaya yang tenggelam tersebut.
Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain. Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain.
nah itulah yang merupakn ringkasan oleh Prof. Arysio Nunes Dos Santos, Kalau ada yang beranggapan bahwa kualitas bangsa Indonesia sekarang sama sekali “tidak meyakinkan” untuk dapat dikatakan sebagai nenek moyang dari bangsa-bangsa maju yang diturunkannya itu, maka ini adalah suatu proses maju atau mundurnya peradaban yang memakan waktu lebih dari sepuluh ribu tahun. Contoh kecilnya, ya perbandingan yang sangat populer tentang orang Malaysia dan Indonesia; dimana 30 tahunan yang lalu mereka masih belajar dari kita, dan sekarang mereka relatif berada di depan kita.

N yang perlu di inget, kita jadi manusia jangan sombong jangan menghendaki yang namanya kemauan sendiri.

Copyright 2010 Qo
Lunax Free Premium Blogger™ template by Introblogger